Rabu, 09 Juli 2008

Teluk Wondama Guide | Papua Barat | Indonesia | Pulau

Teluk Wondama Guide | Papua Barat | Indonesia | Pulau

DI Republik ini terdapat sedikitnya 35 taman nasional. Lokasinya tersebar di sekitar 21 provinsi. Dari seluruh taman nasional, yang terbanyak adalah taman nasional darat, sekitar 30 taman. Sisanya taman nasional laut. Salah satu di antaranya adalah Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih (TNLTC).

TAMAN nasional laut itu membentang dari arah Timur Semenanjung Kwatisore sampai bagian Utara Pulau Rumberpon. Panjang garis pantainya 500 kilometer. Luas daratan di TNLTC 68.200 hektar. Sedangkan luas laut 1.385.300 hektar terdiri atas 80.00 hektar terumbu karang dan 12.400 hektar lautan.

Pulau Rumberpon merupakan salah satu distrik di Kabupaten Teluk Wondama. Kabupaten ini merupakan pecahan Kabupaten Manokwari. Kabupaten Teluk Wondama yang terletak pada bagian leher kepala burung Provinsi Irian Jaya Barat, memperoleh status otonom 12 April 2003. Secara administratif, kabupaten ini terdiri atas tujuh distrik dan 56 kampung. Ibu kota kabupaten di Rasiei, Distrik Warior Selatan.

Kabupaten ini hanya dapat dijangkau melalui udara dan laut. Layanan penerbangan selama 50 menit dari Teluk Wondama ke Manokwari hanya sekali seminggu menggunakan pesawat berkapasitas 18 penumpang. Lapangan terbang perintis dengan panjang landasan 600 meter berada di Distrik Wasior. Pilihan lain melalui laut. Transportasi dengan kapal kayu tersedia setiap hari. Biaya perjalanan sekitar Rp 50.000. Hampir enam kali lebih murah dibanding lewat udara. Namun demikian, waktu tempuhnya jauh lebih lama. Jika berlayar dari Manokwari pukul 12 siang, sampai di kabupaten ini pukul 10 keesokan paginya. Kapal kayu itu bersandar pada pelabuhan di Distrik Wasior atau Distrik Windesi. Ukuran pelabuhan laut di Distrik Wasior 50 x 8 meter. Di Windesi agak lebih luas, 73 x 8 meter. Kedua pelabuhan itu berkapasitas 1.500 Dead Weight Ton (DWT) dan kedalaman 10,5 meter.

Di kabupaten ini belum semua distrik terhubungkan oleh jalan. Kabupaten ini memiliki panjang jalan 40 kilometer. Jalan yang sudah diaspal sepanjang 12 kilometer. Sisanya berupa jalan pengerasan.

Saat dilakukan Sensus Penduduk tahun 2000, mereka yang tinggal di daerah ini sekitar 13.000 jiwa. Ketika dilaksanakan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B) tahun 2003, jumlahnya sekitar 14.000 jiwa dan sebagian besar bekerja sebagai petani. Suku besar yang mendiami wilayah ini adalah suku Wamesa. Suku lain yang minoritas merupakan suku pendatang. Mereka antara lain berasal dari suku Biak, Bugis Makassar, dan Jawa. Jumlah migran itu sekitar sembilan persen dari jumlah seluruh penduduk.

Pertanian dengan andalan kehutanan dan perikanan menjadi tulang punggung kegiatan ekonomi Teluk Wondama. Potensi hasil hutan kabupaten ini adalah kayu bulat terutama jenis merbau dan matoa.

Dari sekitar 200 hektar luas tanaman kayu merbau, per hektar dihasilkan rata-rata 300.000 meter kubik. Sedangkan dari sekitar 400 hektar hutan kayu matoa, per hektar diperoleh sekitar 500.000 kubik. Selain kayu bulat hutan, daerah ini menghasilkan rotan, bambu, dan tepung sagu basah. Pemegang hak pengusahaan hutan (HPH) di kabupaten mengekspor kayu gelondongan dari hutan Teluk Wondama. Kayu-kayu itu dikirim ke Jepang dan Singapura. Beberapa di antaranya dikirim ke Biak, Sorong, dan Surabaya, diolah menjadi kayu lapis.

Selain kehutanan, perikanan juga menjadi andalan kabupaten karena keuntungan letak geografis kabupaten. Daerah ini berada di antara Teluk Cendrawasih dan Teluk Bintuni. Dari perairan kedua teluk itu nelayan memperoleh berbagai jenis ikan, antara lain tuna, ikan pelagis dan demersal, teripang dan lobster. Pada 2002 diperoleh tak kurang 6.000 ton ikan tuna, 3.000 ton ikan pelagis, 1.500 ton ikan demersal, dan 14 ton teripang. Hasil olahan dari laut menghasilkan 1,32 ton lobster beku, 0,05 ton sirip hiu, dan 5,07 ton minyak hati ikan cucut.

Perikanan darat yang diusahakan kabupaten ini berada pada areal 5.200 meter persegi. Dari luas itu didapat 37,11 ton ikan perairan umum dan 35,34 ton hasil budi daya air tawar.

Ikan hasil tangkapan dan budi daya nelayan dibeli oleh pedagang pengumpul. Mereka umumnya orang-orang Bugis dan Makassar yang datang dengan kapal berukuran 30-70 ton. Hasil tangkapan yang dibawa biasanya teripang dan sirip ikan hiu. Di daerah nelayan, ikan asin dibeli oleh pedagang pengumpul dengan harga Rp 10.000 per kilogram. Sementara di Manokwari dijual Rp 30.000 hingga Rp 35.000 per kilogram.

Posisi tawar nelayan memang lemah. Agar nelayan tidak terus-menerus dirugikan, pemerintah setempat perlu mencari cara agar harga hasil tangkapan nelayan itu tidak berbeda jauh dengan harga jual di pasaran.

Sebagai daerah otonom baru, diperlukan strategi mempercepat proses pembangunan wilayah ini. Berdasarkan karakteristik, potensi, dan kondisi umum wilayah, daerah ini dibagi dalam empat pusat wilayah pembangunan. Daerah itu adalah Wasior Selatan, Wasior Utara, Wasior, dan Windesi.

Wilayah pembangunan Wasior Selatan meliputi Dataran Wosimi dan Inyora di Distrik Wasior Selatan dan Wasior Barat. Wilayah yang memiliki luas lahan potensial sekitar 40.000 hektar ini diarahkan bagi pengembangan perikanan laut, budi daya tambak, pertanian, perkebunan skala kecil dan skala besar. Di daerah ini disediakan lahan 30.000 hektar untuk perkebunan besar pola perkebunan inti rakyat (PIR).

Salah satu tanaman perkebunan yang diusahakan adalah kakao. Perkebunan kakao diusahakan oleh swasta dan rakyat. Rata-rata produksi 9,04 ton kakao per hektar per tahun dari kebun swasta seluas 75 hektar.

Wilayah pembangunan Wasior Utara meliputi peisisir Distrik Wasior Utara, Rumberpon, serta Kepulauan Auri/TNLTC. Investasi di daerah ini diarahkan untuk sektor pariwisata dan transportasi laut.

Bandara Wasior dan dua dermaga yang dimiliki juga ditingkatkan dan dikembangkan. Landasan pacu Wasior akan diaspal 300 meter, sehingga panjang landasan menjadi 900 meter. Sedangkan kedua dermaga dibangun agar dapat disandari kapal dengan bobot yang lebih besar, seperti kapal penumpang PT Pelni. Sementara itu jasa telekomunikasi akan dibangun di Distrik Wasior.

BE Julianery Litbang Kompas

(sumber: http://www.kompas.co.id)

Tidak ada komentar: